BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Saat ini Congestive Hearth Faikure (CHF) atau
yang biasa disebut dengan gagal jantung kongestif merupakan satu-satunya
penyakit kardiovaskuler yang meningkat insiden dan prevalensinya. Resiko
kemarian akibat gagal jantung berkisar antara 5-10% pertahun pada gagal jantung
ringan yang akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Selain itu,
gagal jantung merupakan penyakit yang paling sering memerukan perawatan ulang
di rumah sakit meskipun pengobatan rawat jalan telah diberikan secara optimal (
R. Miftah Suryadipraja).
CHF adalah ketidak mampuan jantung untuk
memompa darah keseluruh tubuh (Ebbersole, Hees, 1998). Resiko CHF akan
meningkat pada orang lanjut usia karena penurunan fungsi ventrikel akibat
penuaan. CHF ini dapat menjadi kronik apabila disertai dengan penyakit-
penyakit seperti : Hipertensi, penyakit katub jantung, kardiomiopati, dan
lain-lain. CHF juga dapat menjadi kondisi akut dan berkenbang secara tiba-tiba
pada miocard infark.
CHF merupakan penyebab tersering lansia
dirumah dirawat di rumah sakit ( Miller, 1997). Sekitar 3000 penduduk Amerika
menderita CHF. Pada umumnya CHF diderita pada lansia yang berusia 50 tahun,
insiden ini akan terus bertambah setiap tahun pada lansia berusia diatas 50
tahun (Aronow et al, 1998). Menurut penelitian, sebagian besar lansia yang
didiagnosis CHF tidak dapat hidup lebih dari 5 tahun (Ebbersole, Hess, 1998).
B.
TUJUAN
1. Tujuan
umum
Mahasiswa mampu menjelaskan
tentang penyakit CHF
2. Tujuan
Khusus
a. Mahasiswa
mampu menjelaskan pengertian CHF
b. Mahasiswa
mampu menjelaskan penyebab CHF
c. Mahasiswa
mampu menjelaskan tanda dan gejala CHF
d. Mahasiswa
mampu menjelaskan patofisiologi CHF
e. Mahasiswa
mampu menjelaskan manifestasi klinis CHF
f. Mahasiswa
mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang pada CHF
g. Mahasiswa
mampu menjelaskan penatalaksanaan pasien dengan CHF
h. Mahasiswa
mampu melakukan asuhan keperawatangawat darurat pada pasien dengan CHF
C. METODE PENULISAN
Makalah ini menggunakan metode literatur, internet,
diskusi kelompok, serta bimbingan dengan dosen pembimbing dan pembimbing lapangan.
D. SISTEMATIKA
Makalah ini terdiri dari bab I pendahuluan
meliputi latar belakang, tujuan, metode penulisan, dan sistematika penulisan, bab II tinjauan teoritis
meliputi konsep penyakit CHF, bab III tentang asuhan
keperawatan pada pasien penyakit CHF, bab IV penutup.
BAB II
KONSEP DASAR
TINJAUAN TEORITIS
A.
DEFENISI
Congestive Heart
Failure (CHF) atau gagal jantung adalah : Ketidak mampuan jantung untuk memompa
darah secara adekuat keseluruh tubuh ( Ebbersole, Hess, 1998)
B.
ETIOLOGI
Penyebab gagaal
jantung kongestif adalah :
1.
Kelainan otot jantung
2.
Aterosklerosis koroner
3.
Hipertensi sistemikatau
pulmonal
4.
Peradangan dan penyakit
miokardium
5.
Penyakit jantung lain
seperti stenosis katuf semilunaris, tamponade pericardium, perikarditis
konstruktif, Stenosis katup AV
6.
Faktor sistemik seperti
demam, tirotoksikosis,hipoksia, anemia.
(Mansjoer. 1999 jilid I ; 583)
C.
MANIFESTASI
KLINIK
1. CHF
kronik. Meliputi:
-
Anoreksia, Nokturia
-
Edema perifer
-
Hiperpigmentasi ekstremitas
bawah
-
Kelemahan
-
Hepatomegali, Asites
-
Dyspnoe
-
Intoleransi aktifitas
-
Kulit kehitaman
2. CHF
Akut. Melip[uti :
-
Ansietas
-
Peningkatan berat badan
-
Restletness
-
Nafas pendek, Bunyi krekels,
Fatigue, Takikardia
-
Penurunan resistensi
vaskuler
-
Distensi vena jugularis
-
Dyspnoe, Ortopnoe
-
Batuk
-
Wheezing bronchial, Sianosis
-
Denyut nadi lemah dan tidak
teraba
-
Penurunan urine
-
Delirium
-
Sakit kepala
(Long. 1996 ; 580)
D.
PATOFISIOLOGI
Kelainan
fungsi Jantung disebabkan karena arteriosklerosis koroner, hipertensi arterial
dan penyakit otot degeneratof atau inflamasi. Arterisklerosis koroner
mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi sistemik
atau pulmonal(peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung dan pada
gilirannya mengakibatkan hipertropy serabut otot jantung. Efek tersebut dapat
dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas
jantung. Tetapi untuk alasan tidak jelas, hipertropy tadi tidak dapat berfungsi
secara normal, dan akhirnya akan terjadi gagal jantung
Peradangan dan
penyakit miokardium degenerative berhubungan dengan gagal jantung karena
kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontrasilitas
menurun
Ventrikel kanan ada
kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri paling
sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim
dangan edema paru akut. Karena curah jantung ventrikel berpasangan atau
sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan
perfusi jaringan.
Gagal jantung kiri
Kongesti paru
menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang databg dari paru.
Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke
jaringan paru. Dispnoe dapat terjadi akibat peninbunan cairan dalam alveoli
yang mengganggu pertukaran gas. Mudah lelah dapat terjadi akibat curah jantung
yang kurang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta
menurunnya pembuangan sisa hasil katabolsme, juga terjadi akibat meningkatnya
energy yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi akibat distrees
pernafasan dan batuk.
Gagal jantung kanan
Bila ventrikel kanan
gagal, yang menonjol adalah kongesti viscara dan jaringan perifer. Hal ini
terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan
adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasisemua darah secara optimal kembali
kesirkulasi vena. Manifestasi klinis yang tampak dapat meliputi edema ekstremitas
bawah, peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena jugularis, asites,
anoreksia, mual, nokturia.
( Long, 1996 ;582 )
E.
FATOFLOW
(WOC) CHF
(
Mansjoer. 1999 . Jilid I ; 4
F.
KLASIFIKASI
CHF
1. Gagal
jantung kronik-akut
a. Gagal
jantung akut terjadi secara tiba-tiba, ditandai dengan penurunan kardiak output
dan tidak adekuatnya perfusi jaringan. Ini dapat mengakibatkan edema paru dan
kolaps pembuluh darah.
b. Gagal
jantung kronik terjadi secara perlahan di tandai dengan penyakit jantung
iskemiak, penyakit pari kronos. Pada gagal jantung kronis terjadi retensi air
dan sodium pada ventrikel sehingga menyebabkan hipervolemia, akibatnya
ventrikel dilatasi dan hipertropy.
2. Gagal
jantung kiri dan kanan
a. Gagal
jantung kiri terjadi karena ventrikel gagal memompa darah secara adekuat
sehingga menyebabkan kongesti pulmonal, hipertensi dan kelainan pada katub
aorta/mitral
b. Gagal
jantung kanan, disebabkan peningkatan tekanan pulmo akibat gagal jantung kiri
yang berlangsung cukup lama sehingga cairan yang terbendungakan berakumulasi
secara sistemik di kaki, asites, hepatomegali, efusi pleura, dll.
3. jantung
sistolik-Diastolik
a. Sistolik
terjadi karena penurunan kontraktilitas ventrikel kiri sehingga ventrikel kiri tidak
mampu memompa darah akibatnya kardiak output menurun dan ventrikel hipertropy.
b. Diastolic
karena ketidak mampuan ventrikel dalam pengisian darah akibat nya stroke volume
cardaiac output menurun.
(Wilson Lorraine M, 1995 ; 753)
G.
PENATALAKSANAAN
MEDIK DAN PERAWATAN
1. Non
farmakologis
a. CHF
kronik
-
Meningkatkan oksigenasi
dengan pemberian oksigen dan menurunkan komsumsi oksigenasi melalui istirahat
atau pembatasan aktivitas
-
Diet pembatasan natrium
-
Menghentikan obat-obatan
yang memperparah seperti NSAIDs karena efek prostaglandin pada ginjal
mengakibatkan retensi air dan natrium
-
Pembatasan cairan (±
1200-1500 cc/hari).
-
Olah raga secara teratur
b. CHF
akut
-
Oksigenasi (ventilasi
mekanik)
-
Pembatasan cairan
2. Farmakologis
Tujuan : Untuk
mengurangi afterload dan preload
a. First
line drugs; diuretic
Tujuan: Mengurangi
afterload pada disfungsi sistolik dan mengurangi kongesti pulmonal pada
disfungsi diastolic
Contoh:
Thizide diuretic
untuk CHF sedang, loop diuretic, metalazon(kombinasi loop diuretic untuk
meningkatkan pengeluaran cairan), Kalium-Sparing diuretic
b. Second
Line Drugs; ACE inhibitor
Tujuan: Membantu
meningkatkan COP dan menurunkan kerja jantung.
Contoh:
-
Digoxin untuk meningkatkan
kontratilitas. Obat ini tidak digunakan untuk kegagalan diastolic yang mana
dibutuhkan pengembangan ventrikel untuk relaksasi seperti :
-
Hidralazin(menurunkan
afterload pada disfungsi sistolik)
-
Isosorbite
dinitrat(mengurangi preload dan afterload untuk disfungsi sistolik, hindari
vasodilator pada disfungsi sistolik)
-
Calcium Channel Blocker(
untuk kegagalan diastolic, meningkatkan relaksasi dan pengisian ventrikel)
jangan dipakai pada CHF kronik
-
Beta Blocker ( sering
dikontra indikasikan karena memekan respon miokard. Digunakan untuk disfungsi
diastolic untuk mengurangi HR, mencegah iskemia miokard, menurunkan TD,
hipertropy ventrikel kiri.
3. Pendidikaan
kesehatan
a. Informasikan
pada klien, keluarga dan pemberi perawatan tentang penyakit dan penanganannya
b. Informasi
difokuskan pada: monitoring BB setiap hari dan intake natrium
c. Diet
yang sesuai untuk lansia CHF : Pemberian makanan yang banyak mengandung kalium
seperti : pisang, jeruk dll.
. ( Mansyoer Arif, 1999 : 432 )
H.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG CHF
1. EKG
Mengetahui hipertropy
atrial atau venrtikuler, penyimpamam aksis, iskemia dan kerusakan pola
2. ECG
Mengetahui adanya
sinus takikardia, iskemi, infark/fibrilasi atrium, venrtikel hipertropy,
disfungsi penyakit katub jantung
3. Rongen
dada
Menunjukkan
pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan dilatasi atau hipertropy bilik atau
perubahan dalam pembuluh darah atau peningkatan tekanan pulmonal.
4. Scan
jantung
Tindakan penyuntikan
fraksi dan memperkirakan gerakian jantung
5. Kateterisasi
jantung
Tekanan abnormal
menunjukkan indikiasi dan membantu membedakan gagal jantung sisi kiri dan
kanan, stenosis katub atau insufiensi serta mengkaji potensi arteri koroner.
6. Elektrolit
Mungkin berubah
Karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal, terapy dieretic
7. Oksimerti
nadi
Saturasi oksigen
mungkin rendah terutama jika CHF memperburuk PPOM
8. AGD
Gagal ventrikel kiri
ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia dengan peningkatan
tekanan karbondioksida
9. Enzim
jantung
Meningkat bila
terjadi kerusakan jaringan-jaringan jaantung. Misal : MCI (Kreatinin
fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH).
( Wilson Lorraine M .
1995 : 704-705)
I.
KOMPLIKASI
1. Trombosis
vena dalam, karena pembentukan bekuan vena karena etasis darah
2. Syock
kardiogenik, akibat disfungsi nyata
3. Toksisitas
digitalisakibat pemakaian obat-obat digitalis
( Mansyoer Arif, 1999 : 442
)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN CHF
A.
PENGKAJIAN
a. PENGKAJIAN
PRIMER
1. Airway
-
Batuk dengan atau tanpa
sputum
-
Penggunaan bantuan otot
pernafasan
-
Oksigen
2. Breating
-
Dispnoe saat aktifitas
-
Tidur sambil duduk atau
beberapa bantal
3. Circulation
-
Riwayat HT, MCI akut, GJK
sebelumnya, penyakit katub jantung, anemia, syok dll.
-
Tekanan darah, nadi,
frekwensi jantung, irama jantung, nadi afical, bunyi jantung S3, gallop, nadi
ferifer berkurang, perubahan dalam denyut nadi jugularis, warna kulit, kebiruan
punggung, kuku pucat dan syanosis, hepar ada pembesaran, bunyi nafas krekels
atau ronchi, odema.
b. PENGKAJIAN
SKUNDER
1. Aktivitas/istirahat
Keletihan, insomnia,
nyeri dada dengan aktifitas, gelisah, dispnoe saat istirahat atau aktifitas,
perubahan status mental,tanda vital berubah saat beraktifitas.
2. Integritas
ego
Ansietas, strees,
marah, takut dan mudah tersinggung
3. Eliminasi
Gejala penurunan
jumlah urine. Urine berwarna pekat, berkemih pada malam hari, diare/konstifasi
4. Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan,
mual, muntah, penambahan BB signifikan, pembengkan ekstremitas bawah, diit
tinggi garaam penggunaan diyretic distensi abdomen, odema umum.
5. Hygine
Keletihan selama
aktifitas perawatan diri, penampilan kurang
6. Neurosensori
Klemahan, pusing,
letargi,perubahan prilaku dan mudah tersinggung
7. Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada akut
/kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah
8. Interaksi
sosisl
Penurunan aktifitas
yang biasa dilakukan
B.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1. Penurunan
curah jantung b/d Perubahan
kontaksilitas miokardial/perubahan inotropik,perubahan frekwensi, irama,
konduksi listrik, perubahan stuktural ( mis:kelainan katub, aneurisme
ventrikuler)
Ditandai dengan :
·
Peningkatan frekwensi
jantung (takikardia): disritmia, perubahan ganbaran pola EKG
·
Perubahan tekanan
darah(hipotensi atau hipertensi)Bunyi ekstra ( S3 & S4)
·
Penurunan keluaran urine
·
Nadi perifer tidak teraba
·
Kulit dingin kusam
·
Ortopnoe, krekels,
pembesaran hepar, edema dan nyeri dada
Tujuan :
·
Klien dapat menunjukkan
tanda vital yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang) dan bebas
gejala gagal jantung, melaporkan penurunan episode dispnoe, angina, ikut serta
dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
-
Auskultasi nadi
apical;kaji frekwensi,irama jantung
-
Catat bunyi jantung
- Palpasi nadi perifer
- Pantau TD
-
Kaji kulit terhadap pucat
atau sianosis
-
Berikan oksigen tambahan dengan kanul
nasal/masker dan obat sesuai indikasi(kolaborasi
|
-
Biasanya terjadi
takikardia (meskipun pada saat istirahat) untuk mengkompensasi penurunan
kontraktilitas ventrikel
- S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya
kerja pompa. Irama gallop umum(S3 dan S4) dihasil sebagai aliran darah
keserambi yang distensi.Mur-mur dapat
menunjukkan inkompentensi/stenosis katup
- Penurunan
curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi radial, popliteal dorsalis,
pedis posttibial. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk
dipalpasi dan pulse aternan
- Pada GJK dini, sedang atau kronis tekanan
darah dapat meningkat. Pada HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi
dan hipotensi tidak dapat normal lagi.
- Pucat
menunjukkan turunnya perfusi perifer skunder terhadap tidak adekuatnya curah
jantung;vasokontriksi dan anemia. Sianosis dapat terjadi sebagai refraksrori
GJK. Area yang sakit sering berwarna biru atau belang karena peningkatan
kongesti vena
- Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan efek
iskemik/hipoksia. Banyak obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki
kontraktilitas dan menurunkan kongesti
|
2. Intoleransi
aktivitas b/d Ketidakseimbangan antara suplai oksigen/kebutuhan, Kelemahan umum,
Tirah baring lama/imobilisasi
Ditandai dengan :
·
Keelemahan, kelelahan,
perubahan tanda vital, adanya disritmia, dispnea, pucat, berkeringat
Tujuan :
·
Klien akan berpartisifasi
pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri sendiri, mencapai
peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh menurunya
kelemahan dan kelelahan.
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
-
Periksa tanda vital dan
segera setelah aktivitas, khususnya Bila klien menggunakan vasodilator,
diuretic dan penyakit beta
-
Catat respons
kardiopulmonal terhadap aktivitas, cacat takikardi, disrtimia, dispnea
berkeringan dingiin dan pucat
-
Evaluasi peningkatan
intoleran aktivitas
-
Implementasi program
rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi)
|
-
Hipotensi ortostatik dapat
terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi), perpindahan cairan
(diuretic) atau pengaruh fungsi jantung.
-
Penurunan/ketidakmampuan
miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dapat
menyebabkan peningkatan segera frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga
peningkatan kelelahan dan kelemahan.
-
Dapat menunjukkan
peningkatan dekompensasi jantung dari pada kelebihan aktivitas.
-
Peningkatan bertahap pada
aktivitas menghindari kerja jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan
dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila fungsi jantung tidak dapat
membaik kembali.
|
3. Kelebihan
volume cairan b/d Menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah
jantung)meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air
Ditandai dengan :
·
Ortopnea, bunyi jantung
S3, Oliguria, edema, Peningkatan berat badan, hipertensi, Distres pernapasan, bunyi jantung abnormal
Tujuan :
·
Klien akan mendemonstrasikan
volume cairan stabil dengan kesimbangan masukan den pengeluaran, bunyi nafas
bersih/jelas, tanda vital dalam rentang yang dapat diterima, berat badan stabil
dan tidak ada edema, menyakatan pemahaman tentang pembatasab cairan individual
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
-
Pantau pengeluaran urine,
catat jumlah dan warna saat dimana dieresis terjadi.
-
Pantau/hitung keseimbangan
pemaukan dan pengeluaran selama 24 jam
-
Pertahakan duduk atau
tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut.
-
Pantau TD dan CVP (bila
ada)
-
Kaji bisisng usus. Catat
keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.
-
Pemberian obat sesuai
indikasi (kolaborasi)
-
Konsul dengan ahli diet.
|
-
Pengeluaran urine mungkin
sedikit dan pekat karena penurunan perfusi ginjal, posisi. Posisi terlentang membantu diuresis sehingga
pengeluaran urine dapat ditingkatkan selama tirah baring.
-
Terapi diuretic dapat disebabkan
oleh kehilangan cairan tiba-tiba/berlebihan (hipovolemia) meskipun
edema/asites masih ada.
-
Posisi tersebut
meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga
meningkatkan diuresis.
-
Hipertensi dan peningkatan
CVP menunjukkan kelebihan cairan dan dapat menunjukkan terjadinya peningkatan
kongesti paru, gagal jantung.
-
Kongesti visceral (terjadi
pada GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi gaster/intestinal.
-
perlu memberikan diet yang
dapat diterima klien yang memenuhi
kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium
|
4. Resiko
tinggi gangguan pertukaran gas b/d perubahan membrane kapiler alveolus
Ditandai dengan :
·
Tidak dapat diterapkan
:adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnose aktual
Tujuan :
·
Klien akan Mendemonstrasikan
ventilasi dan oksigenisasi dekuat pada jaringan ditunjukkan oleh oksimetri
dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan., Berpartisipasi
dalam program pengobatan dalam btas kemampuan/situasi.
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
-
Pantau bunyi nafas, catat krekles
-
Ajarkan/anjurkan klien
batuk efektif, nafas dalam.
-
Dorong perubahan posisi.
-
Kolaborasi dalam
Pantau/gambarkan seri GDA, nadi oksimetri.
-
Berikan obat/oksigen
tambahan sesuai indikasi
|
-
menyatakan adnya kongesti
paru/pengumpulan secret menunjukkan
kebutuhan untuk intervensi lanjut.
-
membersihkan jalan nafas
dan memudahkan aliran oksigen.
-
Membantu mencegah
atelektasis dan pneumonia
-
Hipoksemia
dapat terjadi berat selama edema paru.
-
Meningkatkan oksigen
alveolar yang dapat memperbaiki penurunan hipoksemia jaringan
|
5. Resiko
tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d tirah baring lama, edema dan
penurunan perfusi jaringan
Ditandai dengan :
Tujuan :
·
Klien akan Mempertahankan integritas kulit, Mendemonstrasikan
perilaku/teknik
mencegah kerusakan kulit.
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
-
Pantau kulit, catat
penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau
kegemukan/kurus.
-
Pijat area kemerahan atau
yang memutih
-
Ubah posisi sering
ditempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/aktif.
-
Berikan perawtan kulit,
minimalkan dengan kelembaban/ekskresi.
-
Hindari obat intramuskuler
|
-
Kulit beresiko karena
gangguan sirkulasi perifer, imobilisasi fisik dan gangguan status nutrisi.
-
meningkatkan aliran darah,
meminimalkan hipoksia jaringan.
-
Memperbaiki sirkulasi
waktu satu area yang mengganggu aliran darah.
-
Terlalu
kering atau lembab merusak kulit/mempercepat
kerusakan.
-
Edema interstisial dan
gangguan sirkulasi memperlambat absorbsi obat dan predisposisi untuk
kerusakan kulit/terjadinya infeksi.
|
6. Kurang
pengetahuan (kebutuhan belajar mengenaai kondisi dan program pengobatan b/d
kurang pemahaman atau kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi
jantung/penyakit/gagal
Ditandai dengan :
·
Pertanyaan masalah/kesalahan
persepsi, terulangnya episode GJK yang dapat dicegah.
Tujuan :
·
Klien akan
a. Mengidentifikasi
hubungan terapi untuk menurunkan episode berulang dan mencegah komplikasi.
b. Mengidentifikasi
stress pribadi/faktor resiko dan beberapa teknik untuk menangani.
c. Melakukan
perubahan pola hidup/perilaku yang perlu
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
-
Diskusikan fungsi jantung
normal
-
Kuatkan rasional
pengobatan
-
Anjurkan makanan diet pada
pagi hari.
-
Rujuk pada sumber di
masyarakat/kelompok pendukung suatu indikasi
|
-
Pengetahuan proses
penyakit dan harapan dapat memudahkan ketaatan pada program pengobatan.
-
Klien percaya bahwa
perubahan program pasca pulang dibolehkan bila merasa baik dan bebas gejala
atau merasa lebih sehat yang dapat meningkatkan resiko eksaserbasi gejala.
-
Memberikan waktu adequate
untuk efek obat sebelum waktu tidur untuk mencegah/membatasi menghentikan
tidur.
-
dapat menambahkan bantuan
dengan pemantauan sendiri/penatalaksanaan dirumah.
|
( Doenges, Marlyn . 1999. 52.54)
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Congestive
Heart Failure (CHF) atau gagal jantung adalah : Ketidak mampuan jantung untuk
memompa darah secara adekuat keseluruh tubuh ( Ebbersole, Hess, 1998)
Penyakit
CHF dalam kehidupan sehari-hari apabila
tidak di tangani dengan tepat dan selalu dikontrol akan berakibat fatal bagi
penderita. Komplikasi yang di timbulkan dari CHF itu sendiri sangat
membahayakan nyawa si penderita
SARAN
Setelah membaca
dan memahami konsep dasar pada asuhan keperawatan CHF, diharapkan kepada mahasiswa/i
khususnya progsus D-III Keperawatan tembilahan dapat melakukan dan melaksanakan
perencanaan dengan profesional pada pasien CHF dan juga bagi setiap orang dapat
menghindari penyakit CHF dengan selalu menjaga dan membiasakan pola hidup
sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C Long, Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan),
Yayasan IAPK Padjajaran Bandung, September 1996, Hal. 443 – 450
Doenges Marilynn E, Rencana
Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien), Edisi 3, Penerbit Buku Kedikteran EGC, Tahun 2002, Hal ; 52 – 64
& 240 – 249.
Mansjoer Arif,Kapita Selecta
Kedokteran , Jakarta , Media Aes Culapius ; Fkul, Tahun 1999 Hal :
442,432,452, 583
Wilson Lorraine M, Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit),
Buku 2, Edisi 4, Tahun 1995, Hal ; 704 –
705 & 753 - 763.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar